oleh: Abdullah Ibnu Ahmad
Kanal: Opini
Maha Suci
Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isra ayat 1)
Ayat di
atas adalah bukti kesucian Mesjid Al-Aqsa dan Yerusalem, kota tempat mesjid itu
didirikan sebagai tempat yang disucikan bagi umat Islam sedunia, sebagaimana
Mekah yang disucikan karena terdapat Baitullah atau Kabah di
dalamnya. Selain itu dari Mesjid Al-Aqsa inilah Rasulullah Saw bermiraj
menghadap Allah Swt untuk menerima perintah shalat, dan kemudian dijadikan arah
tujuan shalat (kiblat) pertama sebelum kemudian dialihkan ke Kabah di Mekah
berdasarkan perintah Allah pada surat Al-Baqarah ayat 144.
Sebagai
kota suci bagi umat Islam, kota Yerusalem beserta mesjid Al-Aqsa-nya telah
dinodai oleh kejahatan Pemerintah Israel yang bermaksud menguasai dan menghancurkannya,
dan mendirikan tempat ibadah mereka di atas reruntuhannya, meskipun keyakinan
tradisional mereka melarang untuk beribadah di wilayah itu.
Kesucian
Mesjid Al-Aqsa bukan hanya karena pernah dijadikan arah kiblat pertama dan
tempat ibadah bagi kaum Muslimin, tapi ia merupakan simbol harga diri umat
Islam di mata dunia. Sudah selayaknya kaum Muslimin seluruh dunia membela
kesuciannya, dengan mempertahankan keberadaannya.
Berikut
ini sejarah kota Yerusalem dan Mesjid Al-Aqsa yang berada di dalamnya.
4000
– 3000 SM (Zaman Tembaga)
Sebelum
bernama Yerusalem kota ini bernama Ofel dengan penemuan arkeologi berupa
keramik
3000
– 2800 SM (Awal Zaman Perunggu)
Ditemukan
bukti-bukti keberadaan pemukiman tetap
2600
SM
Diyakini
para ahli bahwa kota ini didirikan oleh masyarakat Semitik Barat dengan
pemukiman yang terorganisir.
Abad
ke-9 SM
Menurut
Teks Kebencian (Execration Texts), atau disebut juga Daftar Pelarangan, adalah
teks-teks keramat Mesir kuno yang berisi nama-nama orang yang dibenci atau
musuh negara, kota itu disebut dengan nama Roshlamem atau Rosh-ramen.
1000
SM
Yerusalem
ditaklukkan oleh Raja Daud dari tangan orang Yebus dan dijadikan ibukota
Kerajaan Israel.
970
SM
Masa akhir
kekuasaan Raja Daud (Nabi Daud As), kemudian dilanjutkan oleh anaknya Salomo
(Sulaiman As) yang membangun Bait Suci di Gunung Moria. Bait Salomo
(kemudian dikenal sebagai Bait Pertama), memainkan peran penting dalam
sejarah bangsa Yahudi sebagai tempat singgahnya Tabut Perjanjian (Ten
Commandments atau 10 Firman Tuhan yang diterima oleh Nabi Musa).
930
sM
Raja
Sulaiman wafat. 10 suku utara memisahkan diri membentuk kerajaan
Israel. Di bawah wangsa (dinasti) Daud dan Sulaiman, Yerusalem menjadi
ibukota Kerajaan Yehuda.
722
SM
Bangsa
Assyria menaklukkan Kerajaan Israel, Yerusalem dikuatkan oleh serombongan besar
pengungsi dari kerajaan utara. Periode Bait Pertama berakhir sekitar tahun 586
SM, saat bangsa Babilonia menaklukkan Yehuda dan Yerusalem, dan menelantarkan
Bait Salomo.
587
sM
Masa 450
tahun dari 970 SM Yerusalem menjadi ibukota politik Kerajaan Israel bersatu,
sedang Kerajaan Yehuda dan Baitnya menjadi pusat keagamaan bangsa Israel.
Era ini dikenal dalam sejarah sebagai Periode Bait Pertama.
Tujuan utama media Yahudi menyamarkan Masjid Sakhra (Dome
of the Rock) sebagai Masjid Aqsa adalah agar
Yahudi bisa menghancurkan Al Aqsa dan membangun “Solomon Temple” (Kuil
Sulaiman) pada bekas reruntuhan Al Aqsa. Umat Yahudi meyakini dalam Kitab
Perjanjian Lama (Taurat) bahwa akan datang di akhir zaman seorang yang mereka
anggap sebagai dewa penolong Yahudi yang dinamakan “Messiah” (Al Masih, dalam
bahasa Arab) apabila mereka mengadakan ritual agama di Solomon Temple dengan
mempersembahkan sapi betina berwarna merah (Al Baqarah). (The Guardian
Magazine).
1099
Tahun
1099, penguasa Fatimiyah mengusir penduduk Kristen asli sebelum Yerusalem
ditaklukkan oleh Tentara Salib. Tentara Salib sendiri kemudian membantai
sebagian besar penduduk Muslim dan Yahudi; lalu Tantara Salib membuat Kerajaan
Yerusalem. Pada awal Juni 1099 populasi Yerusalem menurun dari 70.000
hingga kurang dari 30.000.
1187
Kota
Yerusalem direbut dari Tentara Salib oleh Saladin atau Salahuddin Al-Ayyubi
yang mengizinkan orang Yahudi dan Muslim kembali dan bermukim di dalam
kota. Di bawah pemerintahan Dinasti Ayyubiyyah, Salahuddin Al-Ayyubi,
periode investasi besar dimulai dengan pembangunan rumah-rumah, pasar,
kamar-mandi umum, dan pondok-pondok bagi peziarah, begitu pula ditetapkannya
sumbangan keagamaan. Meski demikian, selama abad ke-13, Yerusalem turun status
menjadi desa karena jatuhnya nilai strategis kota perjuangan Ayyubiyyah yang
gagal.
1244
Tahun
1244, Yerusalem dikepung oleh Kharezmian bangsa Tartar, yang mengurangi
penduduk Kristen kota dan mengusir orang Yahudi. Khwarezmia dari bangsa
Tatar diusir oleh Ayyubiyyah tahun 1247. Dari 1250 hingga 1517,
Yerusalem dikusasai oleh Mamluk. Selama periode ini banyak pertentangan terjadi
antara Mamluk di satu sisi dan tentara salib dan suku Mongol di sisi lain.
Wilayahnya juga terimbas dari banyak gempa dan wabah hitam.
1517
Yerusalem
dan sekitarnya jatuh ke tangan Turki Ottoman yang masih mengambil kendali
hingga 1917. Yerusalem menikmati periode pembaruan dan kedamaian di bawah
kekuasaan Suleiman I – termasuk pembangunan ulang tembok-tembok yang
mengelilingi Kota Tua. Selama masa penguasa-penguasa Ottoman, Yerusalem
berstatus provinsi, jika dalam hal keagamaan kota ini menjadi pusat yang sangat
penting, and tidak menutup diri dari jalur perdagangan utama antara Damaskus
dan Kairo. Orang-orang Muslim Turki melakukan banyak pembaharuan: sistem
pos modern diterapkan oleh berbagai konsulat; penggunaan roda untuk mode
transportasi; kereta pos dan kereta kuda, gerobak sorong dan pedati; dan
lentera minyak, merupakan tanda-tanda awal modernisasi di dalam kota.
Pada paruh abad ke-19, bangsa Ottoman membangun jalan aspal pertama dari
Jaffa hingga Yerusalem, dan pada 1892 jalur rel mulai mencapai kota.
1831
Setelah
aneksasi Yerusalem oleh Muhammad Ali dari Mesir, misi dan konsulat asing mulai
menapakkan kakinya di kota. Tahun 1836, Ibrahim Pasha mengizinkan penduduk
Yahudi Yerusalem memperbaiki empat sinagoga besar, termasuk di antaranya
Sinagoga Hurva.
1834
Saat
Revolusi Arab di Palestina, Qasim al-Ahmad memimpin penyerangan dari Nablus dan
menyerang Yerusalem, dibantu oleh klan Abu Ghosh, dan memasuki kota pada 31 Mei
1834. Orang Kristen dan Yahudi di Yerusalem menjadi target penyerangan. Tentara
Mesir Ibrahim menaklukkan serangan Qasim di Yerusalem bulan berikutnya.
1840
Kekuasaan
Ottoman kembali lagi di tahun 1840, namun banyaknya orang Islam Mesir yang ada
di Yerusalem dan orang Yahudi dari Algeria dan Afrika Utara yang berdatangan
menyebabkan meningkatnya jumlah populasi di dalam kota. Di tahun
1840-an dan 1850-an, kuasa internasional mulai tarik tambang di Palestina saat
mereka meminta perpanjangan perlindungan atas umat beragama minoritas di dalam
negeri, sebuah perjuangan yang diangkat terutama oleh wakil konsuler di
Yerusalem. Menurut konsul Prussia, populasi di tahun 1845 adalah 16.410
dengan 7.120 orang Yahudi, 5.000 Muslim, 3.390 Kristen, 800 tentara Turki dan
100 orang Eropa. Volume peziarah Kristen semakin meningkat selama
kekuasaan Ottoman, dan menyebabkan populasi kota bertambah menjadi dua kali
lipat selama Paskah.
Pemukiman baru
mulai berkembang di luar tembok Kota Tua sebagai tempat menetap para peziarah
dan untuk mengurangi tingkat kepadatan dan sanitasi yang buruk di dalam kota.
Kamp Rusia dan Mishkenot Sha'ananim didirikan di tahun 1860. Tahun 1867 Misionaris Amerika
melaporkan populasi kira-kira Yerusalem 'diatas' 15.000 yang terdiri dari:
4.000 hingga 5.000 orang Yahudi dan 6.000 umat Muslim. Setiap tahun ada sekitar
5.000 hingga 6.000 Peziarah Kristen Rusia.
Setelah Pertempuran Yerusalem, Tentara
Britania dipimpin General Edmund Allenby mengepung kota, dan di tahun 1922, LBB (Liga Bangsa-bangsa
bentuk pertama PBB, Persatuan Bangsa-bangsa) pada Konferensi Lausanne
mempercayakan Britania Raya untuk mengatur Mandat bagi Palestina.
bagus artikelnya
BalasHapussangat bermanfaat.
terimakasih atas infonya..