Jumat, 06 Juli 2012

NYANYIAN ALA SUFI TENTANG MAQOM DAN TUGAS PARA WALI



        Ketika kita berbicara tentang istilah sufi,maka yang tergambar oleh sebagian orang awwam adalah: orang2 yang berpakaian lusuh,zuhud,waraq,selalu berzikir dan beribadah,akan tetapi akan timbul berbagai macam kejanggalan ketika kita mencoba melihat lebih dalam ttg cara beragama mereka dan dari mana sumber amalan yg mereka amalkan yang kebanyakan hanya bersumber dari perasaan,penyingkap tabir rahasia(kasf) guru2 mereka,ibadah(cara mendekatkan diri) yg kadang tidak di kenal periwayatan nya dari generasi terbaik dari ummat ini,yaitu Rasulullah dan para sahabat beliau seperti:tidak menikah dengan alasan ingin lebih mendekatkan diri dengan Allah,tidak makan makanan yang bernyawa walaupun yang punya alam semesta ini menghalalkan nya,beribadah dengan di iringi tabuhan gendang,seruling,tepukan tangan,tarian,mengamalkan zikir yang bilangan dan lapaz nya tidak pernah ada riwayat nya dari Nabi yang paling mulia yang pernah menginjakkan kaki di muka bumi ini dengan memberikan janji2 muluk bagi yg mengamalkan nya dan bahkan ketika seorang sufi yg telah mencapai derajat tertentu akan terbebas dari beban syariat seperti sholat, puasa, hajji dsb.dan di antara ke-extriman mereka adalah menganggap maqom wali2 mereka lebih tinggi dari para Nabi dan Rasul,tidak cukup sampai di situ,bahkan ada di antara wali2 mereka yang mencapai derajat menyatu dengan Allah (wihdatul wujuud),ketika mereka berbicara ttg para wali,maka hal yg lebih menonjol adalah segi supra natural,mistis,hal hal go’ib yang pada hakekat nya hanya Allah Azza wajalla saja yang mengetahui nya,dan hal hal lain yang sangat sulit di jangkau oleh akal sehat

      Berikut ini kami sampaikan pembagian2 mereka ttg para wali, kedudukan serta tugas2 mereka yang di ambil dari kitab2 mereka yang pada inti nya pembagian2 tsb tidak pernah di kenal di dalam islam sebagai agama yg kaamil(sempurna) yang bersumber dari Al qur’an dan Sunnah,
Sebagai ujung dari pembuka ini kami kami sampaikan sebagian perkataan para ulama yaitu :

من قال في غير فنه أتى بالآجائب
Artinya : barang siapa berbicara pada sesuatu yang bukan keahlian nya,maka akan banyak keanehan keanehan di dalam ucapan nya.        


KRITERIA & TINGKATAN WALI ALA SUFI

Wali berasal dr kata "waliyayawla" yg berarti "dekat dgn sesuatu".
Al-waliyyu = orang yg memiliki kedekatan dgn Allah atau orang yg disayang Allah.

Menurut Imam Al-Qusyairi, ada 2 pengertian wali :

1. Wali Salik = orang yg dgn sekuat tenaga berusaha menjaga hatinya agar tetap taat &    hanya bergantung kpd Allah tanpa diselingi kedurhakaan.

     2. Wali Majdzub = orang yg hatinya secara penuh & terus menerus dlm penjagaan Allah.
     Penjagaan Allah thd wali disebut Mahfuzh, penjagaan Allah thd Nabi disebut Ma'shum.

KRITERIA WALI

     Menurut Ibnu Araby dlm kitab Al-Futuhat Al-Makiyyah, ada 8 kriteria kewalian :

1.Orang yg hanya menjadikan Allah sbg pelindung
2. Orang yg mencintai & berusaha meniru sifatNYA
3. Orang yg senantiasa kembali &menyegerakan bertaubat kpdNYA
4. Orang yg slalu berusaha menyucikan diri lahir batin
5. Orang yg sabar atas takdirNYA
6. Orang yg bersyukur atas nikmatNYA
7. Orang yg brbuat baik & memperbaiki/muhsin
8. Orang yg menghadirkan Allah dlm hati setiap saat

TINGKATAN WALI MENURUT KITAB AL-FUTUHAT AL-MAKIYYAH

1. Wali Quthub/Al Ghauts

Wali yg paripurna. Bertugas memimpin para wali diseluruh alam. Jumlahnya tiap masa hanya 1, bila ia wafat, ia akan digantikan oleh wali Aimmah.

2. Wali Aimmah

Pembantu wali Quthub. Jumlahnya ada 2. Bila Wali Quthub wafat, maka salah 1 wali Aimmah akan menggantikan posisinya.
Gelar Wali Aimmah :

     a) Abdul Rabbi bertugas menyaksikan alam ghaib
     b) Abdul Malik bertugas menyaksikan alam malaikat

3. Wali Autad
Jumlahnya selalu 4 ( empat ) setiap masa. Masing - masing menguasai 4 mata angin yg berpusat di Ka'bah Mekkah.
d
i dalam maqam Autad kadang terdapat wali wanita.  gelar autad :

      - Abdul Hayyi
      - Abdul Alim
      - Abdul Qadir
      - Abdul Murid

4. Wali Abdal

berarti Wali Pengganti. Bila salah satu anggotanya ada yg wafat, maka para wali / al Ghautz akan menunjuk penggantinya.
Jumlahnya selalu 7 setiap masa, mereka menguasai 7 iklim.

5. Wali Nuqaba'

Jumlahnya selalu 12. mereka sangat menguasai hukum syariat.
Jika wali Nuqaba' melihat jejak kaki seseorang, maka ia akan dapat mengetahui apakah jejeak tsb milik orang baik, jahat, pandai atau bodoh.

6. Wali Nujaba'

Wali ini hanya bisa dikenali oleh wali yg tingkatannya lebih tinggi.jumlahnya selalu 8 orang.
Doa mereka sangat mustajab

7. Wali hawariy

Wali Pembela. Jumlahnya 1 orang.
Tugasnya membela agama Allah baik dengan argumen maupun dengan senjata.

8. Wali Rajabiyyun

Jumlahnya selalu 40 orang. tersebar diberbagai negara dan mereka saling mengenal satu sama lain.
Karamah mereka muncul setiap bulan RAJAB.
Konon tiap memasuki bulan rajab, badan kaum Rajabiyyun terasa berat bagai terhimpit langit.
mereka hanya berbaring diranjang tak bergerak & kedua mata mereka tak berkedip hingga sore hari.
Keesokan harinya hal tsb mulai berkurang. Pada hari ketiga, mereka masih berbaring tapi sudah bisa berbicara & menyaksikan tersingkapnya rahasia Illahi.

9. Wali Khatamul Awliya'

Penutup para wli. jumlahmnya hanya 1. bertugas menguasai & mengurusi wilayah kekuasaan umat Rasululah SAW.

10. Wali Rijalul Ghaib

jumlahnya 10 orang. mereka adalah para pemuda yg sangat khusyu' beribadah & selalu berbicara dgn berbisik karena malu kpd Allah SWT.

      Menurut Ibnu Araby, masih ada 24 tingkatan lagi, seperti Adammiyun, Musawiyun, Rijalul fath, Rijalul Ma'arij al Ula, Ahli Ainit Tahkimwaz Zuaid dll.

sejatinya masalah hierarki / tingkatan kewalian hanya diketahui oleh Allah SWT, Rasul-NYA & para wali-NYA, sesuai dengan ungkapan :

" La Ya'riful waliy illal waliy "
(tidak ada yang mengenali wali kecuali seorang wali)

jangan mudah percaya dengan pengakuan seseorang yg menyatakan dirinya Wali, sebab para wali selalu dalam keadaan tersembunyi, mahfuzh & tidak pernah menonjolkan maqam kewaliannya. 








    demikian lah ikwan sekalian,,,cukup bagi seorang muslim suatu hal akan menjadi suatu kebenaran di dalam agama ini apabila di dasari oleh dalil dari Al qur'an dan Sunnah,,,dan cukup suatu hal itu bukan suatu kebenaran di dalam agama ini apabila tidak di dasari sama sekali dengan dalil dari Al qur'an dan Sunnah yang shohiih,,,,,,,
Wassalaaamu ‘alaekum


1 komentar: