Selasa, 11 Desember 2012

KEUTAMAAN DAN KEISTIMEWAAN ISLAM

Islam adalah merupakan agama yang Allah turun kan dengan penuh kemudahan di dalam nya,yang membawa dan menghantarkan kemuliaan serta kejayaan bagi penganutnya,yaitu kejayaan dan kemuliaan yg hakiki,kejayaan fiddunya wal’aakhirah,agama Islam adalah agama yang Allah turunkan risalah nya melalui Malaikat yang paling mulia,Jibril ‘Alaihissalaam,yg di utus kepada Nabi Muhammad Sallallohu’alaihi wasallam, yaitu Nabi yang paling mulia yang pernah menginjakkan kaki nya di muka bumi ini,agar Islam menjadi agama untuk ummat yang paling mulia yaitu ummat nya Nabi Muhammad Sallallohu’alaihi wasallam . Jika Islam adalah agama yang Allah ridoi,untuk menjadi agama nya ummat Nabi yang paling mulia,maka tentu nya sudah pasti memiliki banyak “KEISTIMEWAAN DAN KEUNGGULAN” , yang mana KEISTIMEWAAN DAN KEUNGGULAN ini,wajib bagi kita sebagai umat islam untuk mengetahui nya,karena pengetahuan tentang suatu hal, akan berdampak besar memotifasi kita untuk lebih serius mencintai dan menjalani nya, yang pada hakekat nya semua manfaat nya akan kembali kepada diri kita sendiri. Di antara keutamaan-keutamaan yang Allah jadikan di dalam Islam adalah :  ISLAM ADALAH AGAMA YANG SAGAT MUDAH Ketika kita membaca surat Al baqoroh ayat 185,Di tengah-tengah ayat yang menjelaskan ttg puasa Allah Subahanahu wata’aalaa berfirman : يريد الله بكم اليسرى ولا يريد بكم العسرى Di ayat yg lain Allah berfirman : وما جعل عليكم فى الدين من حرج Dan Rasulullah salallohu’alaihi wasallam bersabda : إن هذا الدينَ يسر Di hadist yang lain, Rasulullah Rasulullah salallohu’alaihi wasallam bersabda : يسّروا ولا تعسّروا ، بشّروا ولا تنفّروا Berikut adalah di antara kemudahan-kemudahan yang di bawa oleh Islam : 1. Kemudahan Dalam masalah berwuduq,di perbolehkan bagi yg tidak menemukan air,atau mudarat bagi yang terluka bila terkena air,maka di bolehkan bertayammum,bahkan bagi orang yg kadak hajat di daerah yang sulit menemukan air di bolehkan beristinjak memakai batu yang menyerap,sebagaimana sabda Nabi salallohu’alaihi wasallam : ومن إستجمر فليوتر ,,barang siapa yg beristinjak dengan batu maka hendaklah dengan bilangan yg ganjil. 2. Kemudahan Dalam masalah Sholat, Nabi salallohu’alaihi wasallam bersabda kepada Imron bin Husain : صل قائما فإن لم تستطع فقاعدا فإن لم تستطع فعلى جنب Sholatlah dengan berdiri,bila tidak mampu maka boleh dengan duduk,bila tidak mampu maka boleh dengan berbaring. Kemudian bagi orang yg musafir di perbolehkan untuk mengkosor (meringkas sholat yg empat rokaat menjadi dua rokaat) dan boleh menjamak (menggabung) sholat nya yg di kenal dalam ilmu fiqih dengan sebutan jamaq takdim dan jamaq ta’khiir. 3. Kemudahan Dalam masalah nakjis, kalau umat-umat terdahulu apabila pakaian mereka terkena nakjis,maka bagian pakaian nya yg terkena nakjis harus di gunting dan di buang,tetapi di dalam Islam hanya cukup dengan mencuci bagian pakaian yg terkena nakjis dengan air,tanpa harus menggunting nya 4. Kemudahan Dalam masalah bertaubat,kalau ummat-ummat terdahulu bila ingin bertobat maka harus dengan cara bunuh diri agar di terima taubat nya,seperti yang Allah jelaskan dalam Surat Al baqaroh ayat 54 yg menjelaskan ttg kaum Nabi Musa : وإذ قال موسى لقومه ياقوم إنكم ظلمتم أنفسكم باتخاذكم العجل فتوبوا إلى بارئكم فاقتلوا أنفسكم Akan tetapi di dalam Islam bila seseorang ingin bertobat cukup dengan beristigfar,menyesali,dan berkemauan kuat untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah dia lakukan,serta mengiringi perbuatan yg jelek dengan kebaikan,insa’allah akan di terima taubat nya,,,,,,,,,, Dan masih banyak lagi kemudahan-kemudahan yang Allah anugrahkan untuk Islam yang tidak akan mungkin bisa kita batasi dan jabarkan dalam jumlah bilangan karena pemurah nya Allah Subahanahu wata’aalaa terhadap umat ini. ISLAM ADALAH AGAMA YANG SANGAT ISTIMEWA Sebagai agama yang di ridoi di sisi Allah Subahanahu wata’aalaa,dan agama yang di katakan oleh Nabi salallohu’alaihi wasallam يعلو ولا يعلى الإسلام yaitu : Islam adalah agama yang tinggi / unggul dan tidak ada yang lebih tinggi / unggul dari Islam,di karena kan keistimewaan-keistimewaan yang Allah anugrahkan,di antara nya : 1. Islam di istimewakan dari segi hari besar nya Jika yahudi di berikan hari sabtu sebagai besar nya,maka nasroni di berikan hari ahad menyusul di belakang hari sabtu sebagai hari besar nya,akan tetapi untuk Islam,Allah istimewakan hari besar nya yaitu hari Jum’at yang mendahului hari sabtu dan minggu,hari yang di katakan sayyidul ‘ayyam,hari yang sangat penuh dengan keutamaan,bahkan sampai sampai orang yg meninggal di hari atau malam jum’at adalah menjadi tanda khusnul khootimah,Nabi salallohu’alaihi wasallam bersabda( عن عبد الله بن عمرو ـــــ أحمد): ما من مسلم يموت يومَ الجمعة أو ليلة الجمعة إلا وقاه الله فتنةَ القبرtidaklah meninggal seorang muslim di hari atau malam jumat melainkan Allah akan menjaga nya dari fitnah kubur 2. Rasulullah Rasulullah salallohu’alaihi wasallam menyatakan ttg umur ummat nya بين ستين و سبعين ,antara 60-70 thn,walau demikian Islam di istimewakan dengan suatu anugrah yang dengan nya umat islam bisa menyamai bahkan mengungguli umat-umat terdahulu yang di berikan fisik yg kuat dan umur panjang ratusan bahkan ribuan tahun,Allah menganugrahkan keistimewaan untuk umat ini suatu malam yang di kenal dengan malam lailatul qodar, yang apabila seorang mukmin beribadah di dalam nya maka nilai nya lebih baik dari seribu bulan,yang kalau di hitung dalam bilangan tahun adalah  83 tahun 4 bulan,artinya apabila seorang mukmin di sepuluh tahun hidup nya bertemu dengan lailatul qodar sebanyak 10 kali,maka menyamai kebaikan nya 836 tahun 6 bulan,belum lagi kebaikan-kebaikan yang di lakukan nya di hari dan malam yang selain malam lailatul qodar. 3. Ummat islam di istimewakan dlm masalah hisab,karena Ummat yg paling pertama di hisab adalah ummat nya Nabi Muhammad Salallohu’alaihi wasallam,tidak akan di hisab ummat umat terdahulu sampai habis di hisab nya ummat Nabi Muhammad,,Rasululloh salallohu’alaihi wasallam bersabda: (عن إبن عباس ــــ رواه إبن ماجه, أحمد, بيهقي ) نحن الآخرالأمم وأول من يحاسب ,” kita memang umat yg paling akhir,tetapi yang paling awwal di hisab di hari kiyamat ” 4. Ummat islam juga di istimewakan dlm masalah masuk surga,Yang paling pertama membuka pintu sorga adalah Nabi kita Nabi Muhammad Salallohu’alaihi wasallam,dan di istimewakan ummat yang paling pertama memasuki nya adalah umat Nabi Muhammad Salallohu’alaihi wasallam,dan tidak akan masuk sorga ummat-ummat terdahulu kecuali setelah habis ummat Nabi Muhammad Salallohu’alaihi wasallam memasuki nya,Nabi salallohu’alaihi wasallam bersabda : عن أبو هريرة ـــــــ رواه مسلم) ونحن أول من يدخل الجنة Demikian tulisan yg bisa kami sampaikan dengan harapan bermanfaat bagi kami pribadi dan kita semua,dan semoga pengetahuan kita tentang keutamaan dan keistimewaan islam semakin memotifasi kita untuk lebih bangga dan mencintai Islam,Umar bin khatab pernah berkata : نحن قوم أعزناالله بالإسلام,فمن ابتغيناالعزةفى غيره أذلناالله

Minggu, 02 Desember 2012

KENANGAN DARI TANAH SUCI


MALAM DI DEKAT KA'BAH


ABY DAN UMMY DI LANTAI 3 MASJIDIL HAROM


DI DEPAN MASJIDIL HAROM


SUASANA WUKUF DI AROFAH 


MASJID NABAWY DI WAKTU MALAM


RAUDAH ASSYARIIF


SUASANA HUJAN DI MAKKAH


SUASANA HUJAN DI MADINAH



Selasa, 21 Agustus 2012

PENGIKUT SEJATI YESUS ADALAH KAUM MUSLIMIN

REVIEW OF RELIGION-IN ALLAH WE TRUST-REVIEW OF RELIGION: Kristen Sejati Adalah Islam?:   Nashrani merupakan agama yang diberikan Allah kepada Nabi Isa (Yesus versi Islam). Sedangkan Kristen adalah agama buatan pengikut P...

BERITA TTG DATANG NYA NABI MUHAMMAD DALAM KITAB SUCI AGAMA HINDU

REVIEW OF RELIGION-IN ALLAH WE TRUST-REVIEW OF RELIGION: Berita Datangnya Nabi Muhammad Di Kitab Hindhu: Bhavishya Purana in the Prati Sarag Parv III Khand 3 Adhay 3 Shloka 5 to 8, Malecha (Ibrani = Mahekha = saudaramu), (or...

KITAB AGAMA BUDHA MENGABARKAN TTG KEDATANGAN NABI MUHAMMAD

REVIEW OF RELIGION-IN ALLAH WE TRUST-REVIEW OF RELIGION: Budha Telah Menggambarkan Datangnya Nabi Muhammad?...: Nama Budha pertama kali dipakai oleh Sidharta Gautama atau sakyamuni yang lahir sekitar tahun 563 SM sebagai pendiri Budha. Arti Budha...

BEBERAPA SISA PENINGGALAN YG DI KAITKAN DENGAN DZULQORNAIN

REVIEW OF RELIGION-IN ALLAH WE TRUST-REVIEW OF RELIGION: Dzulkarnaen dan Kota Atlantis Menurut Al-Quran: Di dalam artikel ini akan dibahas mengenai hubungan antara Dzulkarnaen dengan Peradaban tinggi jaman dulu (Atlantis). Ini hanya kajian...

Sabtu, 21 Juli 2012

PENDAPAT PARA ULAMA SEPUTAR ROKAAT TARAWIH


Sebenarnya dalam permalasalahan jumlah raka'at shalat tarawih tidak ada masalah sama sekali. Tidak ada masalah dengan 23 raka'at atau 11 raka'at. Semoga kita bisa semakin tercerahkan dengan tulisan berikut. 

Shalat Tarawih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari Abu Salamah bin ‘Abdirrahman, dia mengabarkan bahwa dia pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Bagaimana shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan?”. ‘Aisyah mengatakan,
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah jumlah raka’at dalam shalat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih dari 11 raka’at.” (HR. Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738)
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak 8 raka’at lalu beliau berwitir. Pada malam berikutnya, kami pun berkumpul di masjid sambil berharap beliau akan keluar. Kami terus menantikan beliau di situ hingga datang waktu fajar. Kemudian kami menemui beliau dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami menunggumu tadi malam, dengan harapan engkau akan shalat bersama kami.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya aku khawatir kalau akhirnya shalat tersebut menjadi wajib bagimu.” (HR. Ath Thabrani, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa derajat hadits ini hasan. Lihat Shalat At Tarawih, hal. 21)
As Suyuthi mengatakan, “Telah ada beberapa hadits shahih dan juga hasan mengenai perintah untuk melaksanakan qiyamul lail di bulan Ramadhan dan ada pula dorongan untuk melakukannya tanpa dibatasi dengan jumlah raka’at tertentu. Dan tidak ada hadits shahih yang mengatakan bahwa jumlah raka’at tarawih yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 20 raka’at. Yang dilakukan oleh beliau adalah beliau shalat beberapa malam namun tidak disebutkan batasan jumlah raka’atnya. Kemudian beliau pada malam keempat tidak   melakukannya agar orang-orang tidak menyangka bahwa shalat tarawih adalah wajib.”
Ibnu Hajar Al Haitsamiy mengatakan, “Tidak ada satu hadits shahih pun yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat tarawih 20 raka’at. Adapun hadits yang mengatakan “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat (tarawih) 20 raka’at”, ini adalah hadits yang sangat-sangat lemah.” (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Quwaitiyyah, 2/9635)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari hadits Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di bulan Ramadhan 20 raka’at ditambah witir, sanad hadits itu adalah dho’if. Hadits ‘Aisyah yang mengatakan bahwa shalat Nabi tidak lebih dari 11 raka’at juga bertentangan dengan hadits Ibnu Abi Syaibah ini. Padahal ‘Aisyah sendiri lebih mengetahui seluk-beluk kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu malam daripada yang lainnya. Wallahu a’lam.” (Fathul Bari, 6/295)

Jumlah Raka’at Shalat Tarawih yang Dianjurkan

Jumlah raka’at shalat tarawih yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 11 atau 13 raka’at. Inilah yang dipilih oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits yang telah lewat.
‘Aisyah mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah jumlah raka’at dalam shalat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih dari 11 raka’at.” (HR. Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738)
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
كَانَ صَلاَةُ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً . يَعْنِى بِاللَّيْلِ
Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam hari adalah 13 raka’at.” (HR. Bukhari no. 1138 dan Muslim no. 764). Sebagian ulama mengatakan bahwa shalat malam yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 11 raka’at. Adapun dua raka’at lainnya adalah dua raka’at ringan yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembuka melaksanakan shalat malam, sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (4/123, Asy Syamilah).

Bolehkah Menambah Raka’at Shalat Tarawih Lebih dari 11 Raka’at?

Mayoritas / jumhur ulama terdahulu dan ulama belakangan, mengatakan  bahwa boleh menambah raka’at dari yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu ‘Abdil Barr mengatakan, “Sesungguhnya shalat malam tidak memiliki batasan jumlah raka’at tertentu. Shalat malam adalah shalat nafilah (yang dianjurkan), termasuk amalan dan perbuatan baik. Siapa saja boleh mengerjakan sedikit raka’at. Siapa yang mau juga boleh mengerjakan banyak.” (At Tamhid, 21/70)
Yang membenarkan pendapat ini adalah dalil-dalil berikut.
Pertama, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
Shalat malam adalah dua raka’at dua raka’at. Jika engkau khawatir masuk waktu shubuh, lakukanlah shalat witir satu raka’at.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
Bantulah aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (shalat).” (HR. Muslim no. 489)
Ketiga, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
Sesungguhnya engkau tidaklah melakukan sekali sujud kepada Allah melainkan Allah akan meninggikan satu derajat bagimu dan menghapus satu kesalahanmu.” (HR. Muslim no. 488)
Keempat, Pilihan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memilih shalat tarawih dengan 11 atau 13 raka’at ini bukanlah pengkhususan dari tiga dalil di atas.

Alasan pertama,
perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengkhususkan ucapan beliau sendiri, sebagaimana hal ini telah diketahui dalam ilmu ushul. 

Alasan kedua,
 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melarang menambah lebih dari 11 raka’at. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Shalat malam di bulan Ramadhan tidaklah dibatasi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bilangan tertentu. Yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau tidak menambah di bulan Ramadhan atau bulan lainnya lebih dari 13 raka’at, akan tetapi shalat tersebut dilakukan dengan raka’at yang panjang. ... Barangsiapa yang mengira bahwa shalat malam di bulan Ramadhan memiliki bilangan raka’at tertentu yang ditetapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak boleh ditambahi atau dikurangi dari jumlah raka’at yang beliau lakukan, sungguh dia telah keliru.” (Majmu’ Al Fatawa, 22/272)

Alasan ketiga,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan para sahabat untuk melaksanakan shalat malam dengan 11 raka’at. Seandainya hal ini diperintahkan tentu saja beliau akan memerintahkan sahabat untuk melaksanakan shalat 11 raka’at, namun tidak ada satu orang pun yang mengatakan demikian. Oleh karena itu, tidaklah tepat mengkhususkan dalil yang bersifat umum yang telah disebutkan di atas. Dalam ushul telah diketahui bahwa dalil yang bersifat umum tidaklah dikhususkan dengan dalil yang bersifat khusus kecuali jika ada pertentangan.

Alasan Kelima,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan shalat malam dengan bacaan yang panjang dalam setiap raka’at. Di zaman setelah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang begitu berat jika melakukan satu raka’at begitu lama. Akhirnya, ‘Umar memiliki inisiatif agar shalat tarawih dikerjakan dua puluh raka’at agar bisa lebih lama menghidupkan malam Ramadhan, namun dengan bacaan yang ringan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Tatkala ‘Umar mengumpulkan manusia dan Ubay bin Ka’ab sebagai imam, dia melakukan shalat sebanyak 20 raka’at kemudian melaksanakan witir sebanyak tiga raka’at. Namun ketika itu bacaan setiap raka’at lebih ringan dengan diganti raka’at yang ditambah. Karena melakukan semacam ini lebih ringan bagi makmum daripada melakukan satu raka’at dengan bacaan yang begitu panjang.” (Majmu’ Al Fatawa, 22/272)

Alasan Keenam,
telah terdapat dalil yang shahih bahwa ‘Umar bin Al Khottob pernah mengumpulkan manusia untuk melaksanakan shalat tarawih, Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Daari ditunjuk sebagai imam. Ketika itu mereka melakukan shalat tarawih sebanyak 21 raka’at. Mereka membaca dalam shalat tersebut ratusan ayat dan shalatnya berakhir ketika mendekati waktu shubuh. (Diriwayatkan oleh ‘Abdur Razaq no. 7730, Ibnul Ja’di no. 2926, Al Baihaqi 2/496. Sanad hadits ini shahih. Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/416)
Begitu juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa mereka melakukan shalat tarawih sebanyak 11 raka’at. Dari As Saa-ib bin Yazid, beliau mengatakan bahwa ‘Umar bin Al Khottob memerintah Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Daariy untuk melaksanakan shalat tarawih sebanyak 11 raka’at. As Saa-ib mengatakan, “Imam membaca ratusan ayat, sampai-sampai kami bersandar pada tongkat karena saking lamanya. Kami selesai hampir shubuh.” (HR. Malik dalam Al Muqatho’, 1/137, no. 248. Sanadnya shahih. Lihat Shahih Fiqih Sunnah 1/418)

Berbagai Pendapat Mengenai Jumlah Raka’at Shalat Tarawih
Jadi, shalat tarawih 11 atau 13 raka’at yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah pembatasan. Sehingga para ulama dalam pembatasan jumlah raka’at shalat tarawih ada beberapa pendapat.

Pendapat pertama,
yang membatasi hanya 11 raka’at.
Alasannya karena inilah yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah pendapat Syaikh Al Albani dalam kitab beliau Shalatut Tarawaih.

Pendapat kedua,
shalat tarawih adalah 20 raka’at (belum termasuk witir).
Inilah pendapat mayoritas ulama semacam Ats Tsauri, Al Mubarok, Asy Syafi’i, Ash-haabur Ro’yi, juga diriwayatkan dari ‘Umar, ‘Ali dan sahabat lainnya. Bahkan pendapat ini adalah kesepakatan (ijma’) para sahabat.

Al Kasaani mengatakan, “’Umar mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan qiyam Ramadhan lalu diimami oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu Ta’ala ‘anhu. Lalu shalat tersebut dilaksanakan 20 raka’at. Tidak ada seorang pun yang mengingkarinya sehingga pendapat ini menjadi ijma’ atau kesepakatan para sahabat.”

Ad Dasuuqiy dan lainnya mengatakan, “Shalat tarawih dengan 20 raka’at inilah yang menjadi amalan para sahabat dan tabi’in.”

Ibnu ‘Abidin mengatakan, “Shalat tarawih dengan 20 raka’at inilah yang dilakukan di timur dan barat.”

Ali As Sanhuriy mengatakan, “Jumlah 20 raka’at inilah yang menjadi amalan manusia dan terus menerus dilakukan hingga sekarang ini di berbagai negeri.”
Al Hanabilah mengatakan, “Shalat tarawih 20 raka’at inilah yang dilakukan dan dihadiri banyak sahabat. Sehingga hal ini menjadi ijma’ atau kesepakatan sahabat. Dalil yang menunjukkan hal ini amatlah banyak.” (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 2/9636)


Pendapat ketiga,
shalat tarawih adalah 39 raka’at dan sudah termasuk witir.
Inilah pendapat Imam Malik. Beliau memiliki dalil dari riwayat Daud bin Qois, dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan riwayatnya shahih. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/419)

Pendapat keempat,
shalat tarawih adalah 40 raka’at dan belum termasuk witir.
Sebagaimana hal ini dilakukan oleh ‘Abdurrahman bin Al Aswad shalat malam sebanyak 40 raka’at dan beliau witir 7 raka’at. Bahkan Imam Ahmad bin Hambal melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan tanpa batasan bilangan sebagaimana dikatakan oleh ‘Abdullah. (Lihat Kasyaful Qona’ ‘an Matnil Iqna’, 3/267) 

KESIMPULAN
    
     Kesimpulan dari pendapat-pendapat yang ada adalah sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
“Semua jumlah raka’at di atas boleh dilakukan.
Melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan dengan berbagai macam cara tadi itu sangat bagus. Dan memang lebih utama adalah melaksanakan shalat malam sesuai dengan kondisi para jama’ah. Kalau jama’ah kemungkinan senang dengan raka’at-raka’at yang panjang, maka lebih bagus melakukan shalat malam dengan 10 raka’at ditambah dengan witir 3 raka’at, sebagaimana hal ini dipraktekkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri di bulan Ramdhan dan bulan lainnya. Dalam kondisi seperti itu, demikianlah yang terbaik.
Namun apabila para jama’ah tidak mampu melaksanakan raka’at-raka’at yang panjang, maka melaksanakan shalat malam dengan 20 raka’at itulah yang lebih utama. Seperti inilah yang banyak dipraktekkan oleh banyak ulama. Shalat malam dengan 20 raka’at adalah jalan pertengahan antara jumlah raka’at shalat malam yang sepuluh dan yang empat puluh. Kalaupun seseorang melaksanakan shalat malam dengan 40 raka’at atau lebih, itu juga diperbolehkan dan tidak dikatakan makruh sedikitpun. Bahkan para ulama juga telah menegaskan dibolehkannya hal ini semisal Imam Ahmad dan ulama lainnya.
Oleh karena itu, barangsiapa yang menyangka bahwa shalat malam di bulan Ramadhan memiliki batasan bilangan tertentu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak boleh lebih atau kurang dari 11 raka’at, maka sungguh dia telah keliru.”
(Majmu’ Al Fatawa, 22/272)

Dari penjelasan di atas kami katakan, hendaknya setiap muslim bersikap arif dan bijak dalam menyikapi permasalahan ini.  Sungguh tidak tepatlah kelakuan sebagian saudara kami yang berpisah dari jama’ah shalat tarawih setelah melaksanakan shalat 8 atau 10 raka’at karena mungkin dia tidak mau mengikuti imam yang melaksanakan shalat 23 raka’at atau dia sendiri ingin melaksanakan shalat 23 raka’at di rumah.
Orang yang keluar dari jama’ah sebelum imam menutup shalatnya dengan witir juga telah meninggalkan pahala yang sangat besar. Karena jama’ah yang mengerjakan shalat bersama imam hingga imam selesai –baik imam melaksanakan 11 atau 23 raka’at- akan memperoleh pahala shalat seperti shalat semalam penuh. “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ 447 mengatakan bahwa hadits ini shahih). Semoga Allah memafkan kami dan juga mereka.

Yang Paling Bagus adalah Yang Panjang Bacaannya

Setelah penjelasan di atas, tidak ada masalah untuk mengerjakan shalat 11 atau 23 raka’at. Namun yang terbaik adalah yang pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun berdirinya agak lama. Dan boleh juga melakukan shalat tarawih dengan 23 raka’at dengan berdiri yang lebih ringan sebagaimana banyak dipilih oleh mayoritas ulama.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوتِ
Sebaik-baik shalat adalah yang lama berdirinya.” (HR. Muslim no. 756)
Dari Abu Hurairah, beliau berkata,
عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ نَهَى أَنْ يُصَلِّىَ الرَّجُلُ مُخْتَصِرًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang shalat mukhtashiron.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Hajar –rahimahullah- membawakan hadits  di atas dalam kitab beliau Bulughul Marom, Bab “Dorongan agar khusu’ dalam shalat.” Sebagian ulama menafsirkan ikhtishor (mukhtashiron) dalam hadits di atas adalah shalat yang ringkas (terburu-buru), tidak ada thuma’ninah ketika membaca surat, ruku’  dan sujud. (Lihat Syarh Bulughul Marom, Syaikh ‘Athiyah Muhammad Salim, 49/3, Asy Syamilah)
Oleh karena itu, tidak tepat jika shalat 23 raka’at dilakukan dengan kebut-kebutan, bacaan Al Fatihah pun kadang dibaca dengan satu nafas. Bahkan kadang pula shalat 23 raka’at yang dilakukan lebih cepat selesai dari yang 11 raka’at. Ini sungguh suatu kekeliruan. Seharusnya shalat tarawih dilakukan dengan penuh khusyu’ dan thuma’ninah, bukan dengan kebut-kebutan. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah.
***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Cuplikan dari Buku Panduan Ramadhan

Rabu, 18 Juli 2012

LOMBOK TEMPOE DOELOE ( FOTO )

1. BIOSKOP AMPENAN TAHUN 1924

2. JEMBATAN JANGKUK AMPENAN TAHUN 1902
 
3. PELABUHAN AMPENAN

 4. JEMBATAN CEMARA

 5. TAMAN MAYURA DAN NARMADA TAHUN 1894

 
6. TAMAN GUNUNG SARI DAN RUNTUHAN CAKRA 1894-1895

 7. PASAR TANJUNG TAHUN 1921

8. PASAR KEDIRI


 9. PASAR MASBAGIK

10. PURA LINGSAR TAHUN 1894

11. LOMBOK TAHUN 1900


12. KEPALA KAMPUNG LOMBOK TAHUN 1870

 13. ANAK AGUNG NGURAH

14. ANAK AGUNG GDE AGUNG